Minggu, 20 Mei 2018
Jumat, 19 Januari 2018
Siapa Mardiono?
Pemuda kelahiran 4 Maret 1993 itu adalah salah satu talenta lokal Sumbar. Uniknya pemain bertinggi 170 cm itu bukanlah produk sebuah Sekolah Sepakbola (SSB). Dalam pengakuannya, Mardiono pemain alam yang lahir dari turnamen tarkam, yang karirnya dimulai dari “Liga Sawah”.
“Dulu saya main bola di kampung-kampung, di sawah sama teman-teman. Terus ikut turnamen-turnamen. Gak ikut SSB. Cuma main dari kampung ke kampung, turnamen ke turnamen” ungkapnya, seperti dikutip dari wawancaranya dengan sebuah web sepakbola nasional.
Walau murni pemain alam, bakat istimewa Mardiono tetap tercium. Ibaratnya, kilau mutiara akan tetap terlihat, walau terbenam dalam lumpur sekalipun.
Saat usia 15 tahun, di ajang Piala Haornas walau Sijunjung tak lolos ke tingkat nasional, namun Mardiono tetap dipinjam oleh tim juara Sumbar yaitu Kota Payakumbuh. Di Piala Haornas di Bangka Belitung itu, salah satu teman bermainnya adalah Irsyad Maulana.
Kebersamaan dengan Irsyad terus berlanjut ketika masuk PPLP Sumbar. Namun sempat terpisah setelah tamat, ketika Mardiono bermain di Divisi I Persiju Sijunjung, dan ke PSPS pekanbaru U-21 tahun 2012. Namun, mereka kembali satu tim di Semen Padang di Piala Suratin, dan berlanjut tim PON Sumbar 2012.
Namun mereka kembali berpisah usai PON, ketika Irsyad dibawa Rahmad Darmawan ke Pelita Jaya U-21, dan akhirnya berlabuh di Arema Cronus. Sementara Mardiono berkutat di Sumbar, salah satunya membela Payakumbuh di Piala Semen Padang U-21 2013.
Cemerlang di turnamen itu, Mardiono pun masuk tim Semen Padang U-21 tahun 2014, dan tampil sebagai juara. Sempat bermain untuk PSP Padang, kiprah terakhir Mardiono ada di klub Persikad Kabupaten Depok di gelaran ISC B 2016.
Itulah sekilas perjalanan karir pemain yang akrab disapa Nono itu, dan di Persikad dia menemukan permainan terbaiknya. Meskipun gagal membawa timnya ke babak 16 besar, namun Mardiono telah menjadi idola baru di klub berjuluk Laskar Margonda itu, berkat permainan gemilangnya yang mencetak 4 gol.
Imbasnya, ketika manajemen Semen Padang melempar wacana memanggil para putra daerah untuk bergabung di kompetisi 2017, nama Mardiono pun langsung mencuat paling depan. Selain masih muda, dia memang paling berkilau, disamping nama lain seperti Arif Yanggi Rahman.
Walau sejauh ini belum ada konfirmasi dari pihak Semen Padang apakah Mardiono akan masuk rencana tim 2017, namun anak muda ini sepertinya telah mengetuk pintu tim senior Semen Padang dengan permainan apiknya bersama Persikad Depok. (Rizal Marajo)
Pemuda kelahiran 4 Maret 1993 itu adalah salah satu talenta lokal Sumbar. Uniknya pemain bertinggi 170 cm itu bukanlah produk sebuah Sekolah Sepakbola (SSB). Dalam pengakuannya, Mardiono pemain alam yang lahir dari turnamen tarkam, yang karirnya dimulai dari “Liga Sawah”.
“Dulu saya main bola di kampung-kampung, di sawah sama teman-teman. Terus ikut turnamen-turnamen. Gak ikut SSB. Cuma main dari kampung ke kampung, turnamen ke turnamen” ungkapnya, seperti dikutip dari wawancaranya dengan sebuah web sepakbola nasional.
Walau murni pemain alam, bakat istimewa Mardiono tetap tercium. Ibaratnya, kilau mutiara akan tetap terlihat, walau terbenam dalam lumpur sekalipun.
Saat usia 15 tahun, di ajang Piala Haornas walau Sijunjung tak lolos ke tingkat nasional, namun Mardiono tetap dipinjam oleh tim juara Sumbar yaitu Kota Payakumbuh. Di Piala Haornas di Bangka Belitung itu, salah satu teman bermainnya adalah Irsyad Maulana.
Kebersamaan dengan Irsyad terus berlanjut ketika masuk PPLP Sumbar. Namun sempat terpisah setelah tamat, ketika Mardiono bermain di Divisi I Persiju Sijunjung, dan ke PSPS pekanbaru U-21 tahun 2012. Namun, mereka kembali satu tim di Semen Padang di Piala Suratin, dan berlanjut tim PON Sumbar 2012.
Namun mereka kembali berpisah usai PON, ketika Irsyad dibawa Rahmad Darmawan ke Pelita Jaya U-21, dan akhirnya berlabuh di Arema Cronus. Sementara Mardiono berkutat di Sumbar, salah satunya membela Payakumbuh di Piala Semen Padang U-21 2013.
Cemerlang di turnamen itu, Mardiono pun masuk tim Semen Padang U-21 tahun 2014, dan tampil sebagai juara. Sempat bermain untuk PSP Padang, kiprah terakhir Mardiono ada di klub Persikad Kabupaten Depok di gelaran ISC B 2016.
Itulah sekilas perjalanan karir pemain yang akrab disapa Nono itu, dan di Persikad dia menemukan permainan terbaiknya. Meskipun gagal membawa timnya ke babak 16 besar, namun Mardiono telah menjadi idola baru di klub berjuluk Laskar Margonda itu, berkat permainan gemilangnya yang mencetak 4 gol.
Imbasnya, ketika manajemen Semen Padang melempar wacana memanggil para putra daerah untuk bergabung di kompetisi 2017, nama Mardiono pun langsung mencuat paling depan. Selain masih muda, dia memang paling berkilau, disamping nama lain seperti Arif Yanggi Rahman.
Walau sejauh ini belum ada konfirmasi dari pihak Semen Padang apakah Mardiono akan masuk rencana tim 2017, namun anak muda ini sepertinya telah mengetuk pintu tim senior Semen Padang dengan permainan apiknya bersama Persikad Depok. (Rizal Marajo)
Langganan:
Postingan (Atom)